Sabtu, 31 Agustus 2013

Untukmu Yang Berjiwa Hanif | Hakikat Kehidupan (PART 4)


Ahsanu Amalan
Al-Quran menyebutkan bahwa penciptaan alam, hidup dan mati untuk menguji manusia mana yang lebih baik amalnya. Itulah yang disebut dengan "ahsanu `amala". Allah berfirman;

الذَِّيخلََقَالمْوَْتَواَلْحیَاَةَلیِبَلْوُكَمُْأیَكُّمُأَْحْسَنُعمََلاًوَھوُاَلعْزَیِزُالغْفَُورُ
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa Iagi Maha Pengampun". [QS. al-Mulk: 2]

إنِاَّجعَلَنْاَماَعلََىالأْرَْضِزیِنةًَلھَّاَلنِبَلْوُھَمُْأیَھُّمُأَْحْسَنُعمََلاً
"Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya". [QS.al-Kahfi: 7]

لیَِجزْیِھَمُُاللھَُّأَحْسَنَماَعمَلِوُاویَزَیِدھَمُمِّنفَضلْھِِواَللھَُّیرَزُْقُمَنیَشاَءُبغِیَرِْحِساَبٍ
"(Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka, dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa batas". [QS. an-Nur :38]

Fudhail bin ' Iyadh , berkata "Ahsanu amala, adalah amalan yang paling ikhlas dan yang paling benar".

Jadi, dari semua bentuk penghambaan diri yang paling sempurna adalah penghambaan diri yang berdasarkan ahsanu amala. Ia berdiri dengan 2 syarat, yaitu:
1. Hendaklah 'ubudiah kepada Allah disertakan keikhlasan kepadaNya.
2. Hendaklah 'ubudiah tersebut sesuai dengan syariat.

Sekiranya salah satu syarat ini tidak dipenuhi, maka penghambaan diri hanya akuan saja, ikhlas saja kepadaNya tanpa mengikuti syariat, ia tertolak. Sebagaimana sesuai saja tanpa ikhlas, ia juga tertolak. Jadi, ikhlas dan mengikuti syariat adalah dua sayap ibadah. Tidak akan bisa terbang seseorang dalam penghambaan dirinya kecuali dengan keduanya sekaligus.

Kesimpulan
Bahwa tujuan hidup adalah mencari kebahagiaan dan jalan kebahagiaan adalah dengan menghambakan diri kepada Allah. Penghambaan diri itulah tauhid dan Islam, itulah amanah yang harus dipikul oleh manusia dan itulah peanjian yang telah disepakati. Tauhid dan Islam tidak akan membuahkan amal shalih kecuali dengan ahsanu 'amala yaitu ikhlas dan mutaba'ah (sesuai dengan syariat).

***SEMOGA BERMANFAAT***


Sumber : Buku Untukmu Yang Berjiwa Hanif
Penulis  : Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah


Untukmu Yang Berjiwa Hanif | Hakikat Kehidupan (PART 3)


Beban Amanah
Allah menciptakan manusia pada kehidupan dunia ini untuk sebuah tujuan yang sangat mulia. Dia tundukkan semua alam untuk mereka, darat dan lautan, bumi dan langit, gunung dan lembah, binatang dan tumbuhan. Itu semua agar manusia siap untuk menunaikan tujuan tersebut. Kiranya tujuan sangat besar, tugas sangat sukar dan amanah yang akan dipikul sangat berat. Pantas saja, sebelumnya tidak ada yang mau memikul amanah tersebut dari langit yang tinggi, gunung yang menjulang atau bumi yang terbentang, semuanya menyampaikan
keengganannya, kecuali hanya manusia, dan mereka itu bodoh dan zhalim. Allah menceritakan tentang perihal tersebut:

إنِاَّعرََضنْاَالأْمَاَنةََعلََىالسمَّاَواَتِواَلأْرَْضِواَلْجبِاَلِفأَبَیَْنَأَنیَحمْلِنْھَاَوأََشفْقَْنَمنِھْاَوَحمَلَھَاَالإنِساَنُ
إنِھَُّكاَنَظلَوُماًجھَوُلاً
"Sesungguhnya Kami telah sampaikan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh ". [QS. al-Ahzab: 72]

Apa gerangan amanah yang telah diikrarkan itu? Mengapa manusia disifati dengan bodoh dan zhalim? Amanah itu adalah Islam dan peraturanNya, amanah itu adalah janji kepatuhan kepada Allah.

Ibnu Katsir berkata: dalam merangkum perselesihan ulama dalam hal itu, "Semua pendapat (tentang makna amanah-pen) tidak menafikan yang lainnya, bahkan ia saling menguatkan dan semuanya mengacu kepada taklif (beban) dan patuh kepada perintah dan larangan dengan segala konsekuensinya, yaitu sekiranya ia tunaikan akan diberi pahala dan jika lalai ia dihukum. Lalu diterima oleh manusia dengan segala kelemahan, kebodohan dan kezhaliman kecuali yang diberi taufiq oleh Allah. Kepada-Nyalah minta tolong".[Tafsir Ibnu Katsir 6/489]

Muqatil bin Hayyan berkata : "Ketika Allah menciptakan makhluk, Dia kumpulkan antara manusia dan jin, langit, bumi dan gunung. Lalu Dia mulai dengan langit, ditawarkan kepadanya amanah yaitu ketaatan, Dia berkata, "Apakah kalian mau mengemban amanah, akan Kuberi kemuliaan, keutamaan dan surga ?" Langit berkata, "Wahai Rabb, kami tidak mampu memikul perkara ini, kami tidak memiliki kekuatan, akan tetapi kami patuh kepadaMu".

Lalu amanah tersebut ditawarkan kepada bumi, Dia berkata, "Apakah engkau akan mengemban amanah dan menerimanya dariKu, akan Aku anugerahkan keutamaan dan kemuliaan?" Bumi berkata, "Kami tidak kuat dan kami tidak mampu, wahai Rabb! Akan tetapi, kami selalu mendengar dan mematuhiMu, kami tidak akan berlaku maksiat pada semua perintahMu".

Lalu ditawarkan kepada Adam : lalu Dia berkata, "Apakah engkau slap mengemban amanah dan mau menjaga dengan sebenarnya?" Berkatalah Adam, "Apa ganjaranku di sisiMu?" Allah berkata, "Wahai Adam, sekiranya engkau berbuat baik, engkau patuh dan engkau jaga amanah itu, maka engkau akan memperoleh kemuliaan, keutamaan dan pahala yang baik di surga. Sebaliknya, sekiranya engkau berlaku maksiat dan tidak menjaganya dengan baik serta engkau berlaku buruk, maka Aku akan men yiksamu dan Aku masukkan ke dalam nerakaKu ". Lalu Adam berkata, "Aku telah terima", maka diembanlah amanat itu olehnya. Lalu Allah berfirman, “Aku telah embankan amanah itu kepadamu".[Tafsir ibnu katsir, 6/489-490]

Itulah perjanjian yang Allah ambil kepada manusia, tatkala mereka masih di dalam sulbi Adam, yaitu pengakuan hamba bahwa ia telah ber-ilahkan Allah Yang Esa dan tidak berbuat syirik. Allah berfiman:

وإَذِْأَخذََربَُّكَمِنبنَِيآدمََمِنظھُوُرھِمِْذرُیِّتَّھَمُْوأََشھْدََھمُْعلََىأنَفُسھِمِْألََسْتَبرِبَكِّمُْقاَلوُاْبلََىشھَدِْاَأَن
تقَوُلوُاْیوَمَْالقْیِاَمةَِإنِاَّكنُاَّعَنْھذَاَغاَفلِیِنَ
"Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Rabbmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)". [QS. al A'raf: 172]

***SEMOGA BERMANFAAT***


Sumber : Buku Untukmu Yang Berjiwa Hanif
Penulis  : Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah


Untukmu Yang Berjiwa Hanif | Hakikat Kehidupan (PART 2)


Tujuan Hidup
Rasanya semua orang sepakat dengan tujuan hidup yaitu mencari dan menggapai kebahagiaan. Semua manusia ingin hidupnya bahagia, dan semua tahu bahwa untuk mencapai kebahagiaan itu perlu pengorbanan. Hanya saja, manusia banyak salah mencari jalan kebahagiaan, banyak yang memilih sebuah jalan hidup yang ia sangka di sana ada pantai kebahagiaan, padahal itu adalah jurang kebinasaan, itu hanya sebatas fatamorgana kebahagiaan, bukan kebahagiaan yang hakiki. Celakanya lagi, semakin dilalui jalan fatamorgana tersebut semakin jauh pula ia dari jalan kebahagiaan hakiki, kecuali ia surut kembali ke pangkal jalan.

Banyak orang menyangka kebahagiaan ada pada harta, karenanya ia berupaya mencari sumber-sumbernya dengan berletih dan berpeluh. Setelah ia peroleh harta tersebut, hatinya tetap gundah dan perasaan masih gelisah!! Ada saja yang membuat hati itu gelisah, kadang-kadang munculnya dari anak-anaknya, kadang-kadang dari istrinya atau tidak jarang juga datang dari usaha itu sendiri.

Banyak pula yang menyangka bahwa pangkat dan kekuasaan adalah kebahagiaan. Ketika dilihat mereka yang berkuasa dan bertahta, secara lahir mereka begitu tampak bahagia hidupnya! Pergi dijemput pulang diantar, ketika ia berkehendak tinggal memesan, perintahnya tidak ada yang menghalangi!! Akan tetapi setelah diselidiki lebih mendalam, kita masuk menembus dinding istananya, akan terdengar keluhkesahnya, dalam harta yang banyak itu terdapat jiwa yang rapuh.

Jadi apa kebahagiaan yang sebenarnya? Apa kebahagiaan sejati yang seharusnya dicari oleh manusia? Siapa yang sebenarnya orang yang berbahagia? Apa sarana untuk mencapainya? Manusia diciptakan oleh Allah , bukan mereka yang menciptakan diri mereka, tentu yang paling tahu tentang seluk-beluk manusia termasuk tentang sebab bahagia atau sebab sengsara adalah Dia subhanahu wa ta' ala bukan manusia. Sama halnya dengan sebuah produk, sekiranya hendak mengetahui hakikat produk tersebut tentu ditanyakan kepada pembuatnya, bukan kepada produk itu sendiri. Allah berfirman:

ألَاَیعَلْمَُمَنْخلََقَوھَوَُاللَّطیِفاُلْخبَیِرُ
"Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan)? Dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui". [QS. at-Mulk:14]

Ketika Al-Quran ditadabburi dan syariat Islam dikaji, maka kita dapat menyimpulkan bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah dengan mengaplikasikan penghambaan diri kepada Allah ... Orang yang bahagia adalah orang yang telah berhasil menjadi hamba Allah ... Sarana kebahagiaan adalah semua sarana yang telah disediakan olehNya dalam meniti jalan penghambaan diri kepada Allah.

Karena penghambaan diri inilah sebab diciptakannya manusia dan jin.. karena ‘ubudiyah kepada Allah ditegakkannya langit dan dibentangkannya bumi... karena penghambaan inilah diturunkannya kitab dan diutusnya rasul... Allah berfirman:

ومَاَخلَقَْتاُلْجِنَّواَلإْنِسَإلِاَّلیِعَبْدُوُنِ
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku". [QS.az-Zariat :56]

Orang yang berpaling dari penghambaan diri ini dialah orang yang sengsara, Allah berfirman:

ومََنْأَعرَْضَعَنذكِرِْيفإَِنَّلھَُمعَیِشةًَضنَكاًونََحْشرُهُُیوَمَْالقْیِاَمةَأَِعمَْى
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". [QS. Thaha: 124]

لنِفَتْنِھَمُْفیِھِومََنیعُرِْضْعَنذكِرِْربَھِِّیَسلْكُھُْعذَاَباًصعَدَاً
"Untuk Kami beri cobaan kepada mereka dan barang-siapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat". [QS. al-Jin:17]

Allah telah menentukan taqdir semua makhluk dan tidak ada yang dapat merubah taqdir selainNya. Allah tentukan kebaikan dan keburukan, kebahagiaan dan kesengsaraan, kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan. Manusia tidak bisa melawannya, sekiranya Allah telah menentukan kemiskinan pada seseorang, maka tidak ada yang mengkayakannya, ketika Allah telah menentukan kepadanya kesengsaraan, maka tidak ada satupun yang dapat membahagiakannya.

Kalaulah begitu, kemana manusia hendak lari?! Kemana manusia hendak berteduh dan bernaung dari taqdir yang ia tidak memiliki daya dan upaya untuk merubahnya kecuali atas izinNya?! Kemana manusia hendak bersandar dari sesuatu urusan yang tidak di tangannya?!

Manusia yang berakal tentu akan bernaung kepada Zat yang telah mentaqdirkan segala sesuatu, dalam naungan-Nya ia akan merasakan ketenangan, dalam menyandarkan diri kepadaNya akan ia peroleh kebahagiaan, dalam kepasrahan diri kepadaNya akan sirna segala kecemasan dan kesedihan. Bagaimana ia tidak bahagia, bukankah jejak-jejak kasih sayang Allah begitu tampak dalam taqdir kehidupannya?! Bagaimana ia tidak tenang, bukankah semua taqdir yang ia suka atau yang ia benci, merupakan sarana untuk menggapai ridho dan cintaNya?

Dari mana kesedihan masuk ke dalam dirinya atau rasa takut menyelimutinya, karena sebelumnya ia telah diajarkan tentang cara menghadapinya, bersabar ketika sengsara dan beryukur ketika bahagia, sehingga sengsaranya tidak membawa kepada keputusasaan dan senangnya tidak membawanya kepada kesombongan dan kecongkakan.

Syaikhul Islam Ibnu Taymiah mengungkapkan hakikat tersebut yang berlaku pada dirinya, beliau berkata:

"Apa yang dapat dilakukan oleh musuh-musuhku ?! Surga ada di dadaku, kemanapun dan dimanapun aku, ia tetap bersamaku!! Sekiranya mereka memenjarakanku, maka penjara bagiku adalah kholwat. Sekiranya mereka mengusirku, usiran itu bagiku menjadi tamasya. Sekiranya mereka membunuhku, terbunuhnya diriku adalah syahid di jalan Allah".

Bahkan Nabi Muhammad -Shallallohu ‘alaihi wa sallam- sebagai manusia yang paling sempurna ubudiahnya kepada Allah, ketika Allah telah mentaqdirkan sesuatu yang berat dalam dakwah beliau, yaitu dua orang yang selama ini sebagai pembela dan penopang dakwah beliau, Khadijah -radhiyallohu ‘anha- istri beliau dan Abu Thalib paman beliau, telah meninggal dunia. Membuat kaum Quraisy meningkatkan permusuhan mereka kepada beliau -Shallallohu ‘alaihi wa sallam- dan memberi ultimatum untuk menghentikan dakwah beliau -Shallallohu ‘alaihi wa sallam-, bahkan telah berani pula mengusir beliau -Shallallohu ‘alaihi wa sallam- dari Mekkah.

Berangkatlah beliau -Shallallohu ‘alaihi wa sallam- ke Thaif, berharap pembelaan dan bantuan. Kiranya bukan pembelaan yang beliau -Shallallohu ‘alaihi wa sallam- dapat dan bukan bantuan yang beliau peroleh, tapi malah cacian dan cemoohan, bahkan usiran oleh anak-anak dan wanita-wanita di sana, sedangkan beliau -Shallallohu ‘alaihi wa sallam- seorang utusan Allah, Allah yang memiliki langit dan bumi. Mereka telah melukai, melempar beliau -Shallallohu ‘alaihi wa sallam- dengan batu hingga luka kaki beliau -Shallallohu ‘alaihi wa sallam-, sebagaimana sebelumnya mereka telah melukai hati dan perasaannya. Belum sampai di situ malaikat gunung Akhsyabain meminta izin kepadanya untuk menimpakan gunung tersebut kepada mereka, sebagai tanda bahwa beliau -Shallallohu ‘alaihi wa sallam- bukan sendirian.

Bertambah sedih beliau -Shallallohu ‘alaihi wa sallam-, karena yang beliau -Shallallohu ‘alaihi wa sallam- inginkan bukanlah balas dendam atau kepuasan diri, yang beliau -Shallallohu ‘alaihi wa sallam- inginkan hanya menampakkan bukti penghambaan diri kepadaNya, hal itu nampak betul dari do’a beliau panjatkan kepadaNya:

"Ya Allah , kepadaMulah daku keluhkan lemahnya kekuatanku, sedikitnya hilafku, hinanya diriku dimata manusia. Wahai Zat yang paling Pemurah ! Engkau-lah Rabb orang-orang yang lemah, dan Engkaulah Rabbku! Kepada siapa Engkau hendak titipkan diriku?! Apakah kepada orang yang jauh yang tidak peduli dengan diriku atau engkau hendak serahkan perkara diriku kepada musuh?! Meskipun begitu, selagi Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli!! Akan tetapi pengampunan-Mu lebih luas bagiku, aku berlindung dengan cahaya wajahMu -yang telah menerangi semua kegelapan, dengannya berjalan perkara dunia dan akhirat- dari turunnya murkaMu kepadaku atau jatuh kepadaku kebencianMu, hanya kepadaMu pengaduanku sampai Engkau ridho, dan tidak ada daya dan upaya kecuali denganMu ".

Al-Quran menyebutkan bahwa orang berbahagia adalah orang yang menjalankan perintah Allah, Allah berfirman:

قدَْأفَلَْحَالمُْؤمْنِوُنَالذَّیِنَھمُْفِيصلَاَتھِمِْخاَشعِوُنَواَلذَّیِنَھمُْعَنِاللغَّوِْمعُرِْضوُنَواَلذَّیِنَھمُْللِزكَّاَة
فاَعلِوُنَواَلذَّیِنَھمُْلفِرُوُجھِمِْحاَفِظوُنَإلِاَّعلََىأزَوْاَجھِمِْأوْماَملَكََتْأیَمْاَنھُمُْفإَنِھَّمُْغیَرُْملَوُمیِنَفََنِ
ابتْغََىورَاَءذلَِكَفأَوُلْئَِكَھمُُالعْاَدوُنَواَلذَّیِنَھمُْلأِمَاَناَتھِمِْوَعھَدِْھمِْراَعوُنَواَلذَّیِنَھمُْعلََىصلَوَاَتِمِْ
یُحاَفِظوُنَ
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menjaga kernaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui Batas. Dan orang-orang yang mernelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara sholatnya". [QS. al-Mukminun: 1 -9]

Dan Allah berfirman:

المذلَِكاَلكْتِاَبُلاَریَْبَفیِھِھدًُىللِّمْتُقَّیِنَالذَّیِنَیؤُمْنُِونَباِلغْیَْبِویَقُیِموُناَلصَّلاةَومَمِاَّرزَقَنْاَھمُْیُفقِوُنَ
والذَّیِنَیؤُمْنِوُنَبمِاَأنُزلَِإلِیَْكَومَاَأنُزلَِمِنقبَلِْكَوبَاِلآخرِةَِھمُْیوُقنِوُنَأوُلَْئِكَعلََىھدًُىمِّنربَّھِّمِْوَوُلَْئِكَ
ھمُُالمْفُلِْحُونَ
"Alif laam miim. Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung". [QS. al-Baqarah: 1-5]

Sebaliknya Allah menyebutkan bahwa orang yang melanggar perintahNya atau merekalah orang yang merugi, Allah berfirman:

واَلذَّیِنَآمنَوُاباِلبْاَطلِِوكَفَرَوُاباِللھَِّأوُلْئَِكَھمُُالْخاَسرِوُنَ
"Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi". [QS. al-Ankabut: 52]

الذَّیِنَینَقُضوُنَعھَدَْاللھَِّمِنبعَدِْمیِثاَقھِِویَقَْطعَوُنَماَأمَرََاللھَُّبھِِأَنیوُصلََویَفُْسدِوُنَفِيالأرَْضِ
أوُلَئِكَھمُُالْخاَسرِوُنَ
"(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi". [QS. al-Baqarah : 27]


***SEMOGA BERMANFAAT***


Sumber : Buku Untukmu Yang Berjiwa Hanif
Penulis  : Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah


Untukmu Yang Berjiwa Hanif | Hakikat Kehidupan (PART 1)


Cerita Kehidupan
Ketika seseorang sudah mulai beranjak dewasa, ketika akalnya mulai sempurna, mulailah ia berpikir tentang hakikat kehidupan, yaitu kehidupan yang sedang ia jalani sebagaimana yang dijalani juga oleh yang lainnya. Bumi ini telah penuh sesak dengan manusia, semuanya silih berganti, ada yang datang dan ada yang pergi, ada yang lahir dan ada yang mati. Jika hari ini berkuasa seorang raja, besok akan berkuasa lagi raja lainnya. Sekiranya hari ini ada pengangkatan seorang menteri atau seorang jenderal, dahulunya kita juga mendengar bahwa di negeri anu telah diangkat pula seorang menteri atau panglima. Yang tetap itu hanya peran manusia dalam kehidupan ini, sedangkan yang silih berganti adalah para pelaku dan yang memeraninya.

Peran kehidupan itu ada yang baik dan ada yang buruk, hanya saja manusia disuruh untuk memilih peran baik bukan peran buruk!

تلِْكأَمُةٌَّقدَْخلََتْلھَاَماَكَسبََتْولَكَمُماَّكَسبَتْمُْولَاَتُسأْلَوُنَعمَاَّكاَنوُاْیعَمْلَوُنَ
"Itu adalah umat yang telah Ialu, baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan". [QS: al-Baqarah: 141]

Pada masa Nabi Musa -‘Alaihissalam- orang-orang disibukkan dengan kekuasaan Fir'aun, bahan cerita orang terfokus pada kekayaan Qarun dan decak kagum orang hanya pada arsitektur bangunan yang dirancang oleh Haman. Akan tetapi, mana cerita kehidupan itu sekarang ini?! Semuanya sirna dan punah, yang kita temukan hanya cerita pada lembaran kitab-kitab suci. Dan apa yang tersisa dari sejarah kepongahan tersebut?! Yang tersisa hanya bekas-bekasnya saja.

Dari sepanjang perjalanan hidup manusia yang beragam ini, baik pada masa kekuasaan orang-orang yang shalih maupun dalam cengkraman orang-orang thalih, Allah tetap menjaga alam ini, memelihara bumi dan dunia sekitamya, dalam keseimbangan yang berkesinambungan, dalam keindahan yang menakjubkan dan ciptaan yang berjenis dan berpasang-pasangan. Adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, langit dan bumi, semuanya itu pertanda adanya pencipta.

Salah seorang Badui jahiliah berkata, "Lautan yang berombak dan langit yang berbintang serta bumi yang berlembah, bukankah semua itu menunjukkan adanya Sang Pencipta ?!"

Begitu besar penciptaan langit dan bumi beserta isinya, memberi pengertian kepada kita bahwa Allah menciptakannya bukan sekedar bermain-main. Allah berfirman:

أفََحَسبِتْمُْأنَمَّاَخلَقَنْاَكمُْعبَثَاًوأَنَكَّمُْإلِیَنْاَلاَترُْجعَوُنَ
"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?" [QS. al-Mu’minun: 115]

أیََحْسَبُالإْنِساَنُأَنیتُرَْكَسدًُى
"Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?" [QS. al-Qiyamah: 36]

ومَاَھذَهِِالْحیَاَةاُلدنُّیْاَإلِاَّلھَوٌْولَعَِبٌوإَِنَّالداَّراَلآْخرِةََلھَِياَلْحیَوَاَنُلوَْكاَنوُایعَلْمَوُنَ
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenamya kehidupan, kalau mereka mengetahui". [QS. al-Ankabut: 64]

Sekiranya kehidupan yang penuh keseimbangan ini tidak diciptakan untuk bersenda gurau, lalu untuk apa Allah ciptakan?! Apa tugas manusia ? Apakah mereka hanya sekedar makan, minum, menikah dan memiliki keluarga dan mempererat suku saja ?! Atau ia hidup dalam tidak bertujuan sebagaimana ia mati tidak bertujuan ?! tanah terakhir yang diletakkan oleh orang pada kuburannya, itu pula akhir dari cerita kehidupannya ?! Bagaimana yang kaya dengan kezhalimannya, bagaimana yang berkuasa dengan kediktatorannya?! Apakah mereka dibiarkan begitu saja?! Bagaimana pula si miskin dengan kefakirannya atau rakyat jelata dengan penderitaan mereka?! Kapan mereka dapat kebahagiaan pula?! Bagaimana pula dengan para nabi dan rasul, para ulama dan ahli ibadah yang terusir dan belum memperoleh kebahagiaan?! Sekiranya dunia ini diciptakan dengan keadilan Sang Pencipta, tentu balasan baik atau buruk dengan keadilanNya juga?! Sekiranya dunia ini mampu Dia ciptakan dari asal yang tidak ada, berarti Dia pula mampu untuk membalas kebaikan dengan kebaikan dan keburukan dengan keburukan.

وإَِنكلٌُّلمَّاَّجمَیِعٌلدَّیَنْاَمُحْضرَوُنَوآَیةٌَلھَّمُُالأْرَْضُالمْیَتْةَُأَحیْیَنْاَھاَوأََخرَْجنْاَمنِھْاَحبَاًّفمَنِھُْأَكْلُوُنَ وَجعَلَنْاَفیِھاَجنَاَّتٍمِننَّخیِلٍوأََعنْاَبٍوفََجرَّنْاَفیِھاَمِنْالعْیُوُنِلیِأَكْلُوُامِنثمَرَهِِومَاَعمَلِتَھُْأیَدْیِھمِأفَلَاَ
یَشكْرُوُنَسبُْحاَنَالذَِّيخلََقَالأْزَوْاَجَكلُھَّاَممِاَّتنُبِتُالأْرَْضُومَِنْأنَفُسھِمِْومَمِاَّلاَیعَلْمَوُنَوآَیةٌَلَّھمُاللیَّلُْ
نَسلَْخُمنِھُْالنھَّاَرَفإَذِاَھمُمُّظلْمِوُنَواَلشمَّْسُتَجرِْيلمُِستْقَرٍَّلھَّاَذلَِكَتقَدْیِرُالعْزَیِزِالعْلَیِمِواَلقْمَرَقدَرَّنْاَهُ
منَاَزلَِحتََّىعاَدَكاَلعْرُْجُونِالقْدَیِمِلاَالشمَّْسُینَبغَِيلھَاَأَنتدُرِْكَالقْمَرََولَاَاللیَّْلُساَبِقُالنھَّاَرِوكَُلٌِّيفلََكٍ
یَسبَْحوُنَ
"Dan setiap mereka semuanya akan dikumpukan lagi kepada Kami. Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata air, Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang, dan masing-masing beredar pada garis edamya". [QS. Yasin:32-40]

Dan Allah berfirman:

وَضرََبَلنَاَمثََلاًونََسِيَخلَقْھَُقاَلَمَنْیُحیِْيالعِْظاَمَوَھِيَرمَیِمٌقلُْیُحیْیِھاَالذَِّيأنَشأَھَاَأوَلََّمرَةٍَّوھَوَُ
بكُِلِّخلَْقٍعلَیِمٌالذَِّيجعَلََلكَمُمِّنَالشَّجرَِالأَْخْضرَِناَراًفإَذِاَأنَتمُمنِّھُْتوُقدِوُنَأوَلَیَْسَالذَِّيخلََقَالسمّاَواَتِ
واَلأْرَْضَبقِاَدرٍِعلََىأَنْیَخلُْقَمثِلْھَمُبلََىوَھوُاَلْخلَاَّقُالعْلَیِمُ
“Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?" Katakanlah: "la akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk. Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu". Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? benar, Dia berkuasa. dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui". [QS. Yasin: 78-81]


***SEMOGA BERMANFAAT***


Sumber : Buku Untukmu Yang Berjiwa Hanif
Penulis  : Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah

Kematian Adalah Sebuah Kepastian

Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Dalam sebuah ayat didalam al-Qur'an Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

﴿ كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ ١٨٥ ﴾ [ال عمران : 185]
"Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan".  (QS al-Imraan: 185).

Al-Hafidh Ibnu Katsir menjelaskan maksud ayat diatas dalam tafsirnya: "Allah ta'ala mengkabarkan secara umum bahwa seluruh makhluk yang dikarunia nyawa pasti dirinya akan merasakan kematian. Ayat ini senada dengan firman -Nya:

﴿ كُلُّ مَنۡ عَلَيۡهَا فَانٖ ٢٦ وَيَبۡقَىٰ وَجۡهُ رَبِّكَ ذُو ٱلۡجَلَٰلِ وَٱلۡإِكۡرَامِ ٢٧ ﴾ [الرحمن: 26-27]
"Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan".  (QS ar-Rahmaan: 26-27).

Hanya Allah Shubhanhu wa ta’alla semata Dzat yang Maha Hidup, kekal tidak pernah mati, sedangkan jin dan manusia mereka semua mengalami kematian. Demikian pula para malaikat dan pembawa Arsy juga mati, tinggal Allah Yang Maha Esa yang mempunyai kebesaran yang akan tetap kekal, menjadi Dzat yang akhir seperti halnya menjadi Dzat yang awal.
Dan ayat ini sekaligus sebagai ucapan belasungkawa bagi seluruh manusia, karena tidak akan ada seorangpun yang tersisa dimuka bumi, melainkan semua pasti akan mati. Sehingga apabila telah selesai waktunya, nuthfah pun telah menjadi kosong ditulang rusuk anak Adam sesuai hikmah dan takdir Allah Shubhanhu wa ta’alla, maka pada saat itu tamatlah riwayat manusia, dan pada saat itulah kiamat Allah Shubhanhu wa ta’alla akan ditegakkan, kemudian seluruh makhluk akan dibalas selaras dengan amalannya, baik yang agung atau sepele, banyak atau sedikit, besar atau kecil. Dan Allah Shubhanhu wa ta’alla tidak akan mendzalimi seorang pun walau hanya seberat biji sawi. Oleh karena itu Allah tabaraka wa ta'ala berfirman:

﴿ كوَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ ١٨٥ ﴾ [ال عمران : 185]
"Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu".  (QS al-Imraan: 185). [1]

TIPS Memasang Widget Tilawah Qur'an Pada Blog


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Selamat pagi Menjelang Siang untuk semua saudaraku. Selamat menjalankan Aktivitas masing-masing. Semoga Allah selalu membukakan pintu rezeki untuk kita hari ini.



Pagi Menjelang siang ini saya akan membagikan Widget Islam Tilawah Quran yang sangat bermanfaat. Bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain yang bisa dipasang di blog anda. Selain bisa mendengarkan bacaan Al-Qur'an untuk diri sendiri, bisa juga untuk dibagikan kepada semua orang untuk mendengarkan Al-Qur'an. Widget ini bisa didengarkan baik secara online maupun offline. Anda hanya perlu copy kode untuk dipasang di blog, atau mendownloadnya untuk komputer anda.


Mendengarkan bacaan Al Qur'an dengan baik dapat menghibur perasaan sedih, menenangkan jiwa yang gelisah dan melunakkan hati yang keras, serta mendatangkan petunjuk.

Mari saling berbagi kebaikan, karena itu akan memberikan pahala kepada kita. Insya Allah. 

Artinya: “Dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah (baik-baik) dan perhatikan lah dengan  tenang, agar kamu mendapat rahmat" (Al-A’raaf ayat 204)

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu, hanyalah mereka yang apabila disebut (nama) Allah, gementarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka kerana-Nya dan kepada Allah lah mereka bertawakkal.”(An-Anfaal ayat 2)

Bagikan widget islam tilawah Quran ini di blog anda.

Preview:



Copy kode widget islam tilawahQuran di bawah ini untuk blog Sahabat :




Semoga bermanfaat dan selamat beramal :)

Jumat, 30 Agustus 2013

Motivasi Kehidupan


Sahabat semoga apa yang tergores di posting ini mampu membawa mata hati selalu terbuka untuk membaca di setiap kejadian dalam kehidupan kita, mengambil yang positif dan memperbaiki yang negatif, dan sesungguhnya hidup adalah belajar dan membaca, karena setiap kejadian adalah guru bagi kita,,,

jadilah lilin yang selalu berteriak agar sinarnya tidak padam tertiup angin untuk menyinari kehidupan orang lain,,,,,

terperangkap dalam kekeruhan jiwa maka dengan do'a serta usaha kan memberikan hidayah pencerah jiwa,,

kehidupan menciptakan jiwa lebih mengerti alur cerita dan taqdirnya,,
dan mudah mudahan dengan goresan ini mampu memberikan
bayangan yang bermakna bagi pembaca di setiap bait baitnya,,,,,,,

ambillah nilai dari kesalahan diri dan orang lain sebagai gurumu,,,
karna setiap jiwa selalu merasa kekurangan dengan waktu yang dia punya
untuk mendapatkan pengalaman dan pelajaran tersebut,,,,,

dari goresan ini ambillah mana yang menurutmu berguna
dan bermanfa'at bagi jiwamu,,,,,
semoga bisa memberikan pandangan yang
jauh lebih mengerti tentang kehidupan,,,, 

Aamiin ya rabbal'alamiin...

-Mari Terus Berbagi untuk Kebaikan -
Semoga Bermanfaat Bagi Sahabat Semua :) 










  

[sumber] 

Renungan Islam | Dibalik Kesulitan Ada Kemudahan

Setiap manusia pasti mempunyai masalah. Sering kali kita dihadapkan dengan ujian hidup. Ada yang begitu berat untuk dihadapi, ada yang begitu ringan untuk diselesaikan. Tapi satu hal yang perlu kita sadari, semua orang pasti mendapatkan ujian. semua orang menghadapi masalahnya masing-masing. Yang membedakan antara satu dengan yang lain adalah seberapa cerdas menyikapinya, seberapa siap menghadapinya, dan seberapa cantik menyelesaikannya.

Mari merenungi isyarat dari ALLAH;

“Apakah kamu mengira kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu sebagaimana orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan sehingga berkatanya rasul dan orang-orang beriman bersamanya:”Bilakah datangnya pertolongan ALLAH?”. Ingatlah, sesungguhnya pertolongan ALLAH itu amat dekat.” (QS. 2:214)

Saudaraku, mari kuatkan keyakinan kita terhadap pertolongan ALLAH. Dan dengan ijinNya, pancaran cahaya akan membantu kita menjalani semua ujian dengan berkah, hingga semua masalah dapat berakhir dengan indah.

Mari kembali merenungi ayat cinta dariNya,

“kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya.” 
( QS. 23:62 )

“karena sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.” ( QS 94: 5-6 )

“…Barang siapa bertaqwa kepada ALLAH niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada ALLAH niscaya ALLAH akan mencukupkannya…” ( QS 65: 2-3 )

Tidakkah kita melihat pertolongan yang dijanjikan ALLAH pada seluruh umatNya?

Mari kita bersyukur.. Setiap tangkai kisah hidup selalu punya makna. Selalu ada rahasia di balik cerita yang dirangkai-Nya. Maka cerita kita sekarang adalah sebuah nyana bahwa ALLAH masih peduli, masih berkenan mengurusi kita. Masih berkenan mengasah kesabaran, keikhlasan, kekuatan, keimanan dan ketaqwaan kita. Masih merindu, masih menyayangi kita.. 

Namun mungkin, dengan cara yang berbeda..Yuk, Mari kita bangkit. Mari kita semangat. Apapun yang terjadi jangan pernah rasa putus asa kita biarkan bersarang di hati kita. Mari kita haramkan air mata keputusasaan menggantikan air mata kesedihan. Mari kita tanamkan di hati kita.. Bahwa..

“Laa tahzan.. Inallaaha ma’ana..” (Q.S. at-Taubah:40)


Sedikit Renungan, Semoga Bermanfaat. :)



Rabu, 28 Agustus 2013

Berbahagia Bukanlah Hal yang Dilarang

Banyak Cara Bahagia Yang Tidak Jelas Sumbernya
Saya sering menemukan artikel atau tulisan lainnya tentang cara bahagia. Kadang diawali dengan kata “simple rule” untuk berbahagia. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, aturan dari siapa dan dari mana? Jangan sampai kita mengejar kebahagiaan, dengan cara-cara dari sumber yang tidak jelas.
Untuk itulah saya mencari hadits-hadits yang berkaitan dengan kebahagiaan, sebab hadits adalah sumber yang jelas, sumber yang seharusnya menjadi rujukan utama setelah Al Quran. Mudah-mudahan kita mendapatkan referensi yang benar tentang cara bahagia. Termasuk, kita mengejar kebahagiaan bukan hanya kebahagiaan di dunia saja, namun juga mengejar kebahagiaan hakiki.
Bolehkah Kita Mengejar Kebahagiaan?
Tidak apa-apa dengan kaya bagi orang yang bertakwa. Dan sehat bagi orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan bahagia itu bagian dari kenikmatan.” [HR Ibnumajah No 2132]
Kuncinya adalah kita mensyukurinya
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim: 7)
DAN mengutaman kebahagiaan hakiki:
Kebahagiaan Hakiki
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Qatadah dari Anas, Seringkali Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam berkata, “Ya Allah, kehidupan yang menyenangkan itu hanya kehidupan akhirat“. Syu’bah berkata, Atau berkata, “Ya Allah tidak ada kehidupan bahagia yang hakiki kecuali kehidupan akhirat, maka muliakanlah kaum Anshar dan muhajirin“”. [HR Ahmad No. 12306]
Telah menceritakan kepada kami Waki’ telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Abu al-Tayyah, adh-Dhuba’i dari Anas Bin Malik berkata, saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda saat sedang membantu para sahabatnya membangun masjid, “Ketahuilah, kehidupan yang sarat kebahagiaan hanyalah kehidupan akhirat. Maka mintalah ampun untuk kaum Anshar dan muhajirin.” [HR Ahmad No. 12385]

Cara - Cara Bahagia
Rela Terhadap Ketetapan Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Di antara kebahagiaan anak Adam adalah istikharahnya (memohon pilihan dengan meminta petunjuk kepada Allah) kepada Allah, dan diantara kebahagiaan anak Adam adalah kerelaannya kepada ketetapan Allah, sedangkan diantara kesengsaraan anak Adam adalah dia meninggalkan istikharah kepada Allah, dan diantara kesengsaraan anak Adam adalah kemurkaannya terhadap ketetapan Allah.” [HR. Ahmad No. 1367]
Memiliki Istri Shalehah, Tempat Yang Baik, dan Kendaraan Yang Baik
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiga indikasi kebahagiaan anak Adam, dan tiga indikasi kesengsaraan anak Adam; indikasi kebahagiaan anak cucu adam adalah istri yang shalehah, tempat tinggal yang baik dan kendaraan yang baik. Sedangkan indikasi kesengsaraan anak Adam adalah istri yang berakhlak buruk, tempat tinggal yang buruk dan kendaraan yang buruk.” [HR Ahmad No 1368]
Berpegang Teguh Pada Agama Ditengah Rusaknya Moral
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Iman itu bermula dalam keadaan asing dan akan kembali asing seperti semula, maka berbahagialah orang-orang yang asing pada hari itu, ketika manusia sudah rusak. Demi Dzat yang jiwa Abul Qasim ada di tanganNya, sungguh iman itu akan bersarang pada dua masjid ini sebagaimana seekor ular bersarang pada sarangnya.” [HR Ahmad No. 1518]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Islam diawali dalam keadaan asing, akan kembali dalam keadaan asing seperti awal mulanya, maka berbahagialah bagi orang-orang asing.” Dikatakan; Siapakah orang-orang asing itu? Beliau menjawab: “Yaitu orang-orang yang memisahkan diri dari kabilah-kabilah.” [HR Ahmad No. 3596]
Terpelihara Dari Fitnah
Barangsiapa memberi tangguh kepada orang yang kesulitan, atau menggugurkannya, Allah akan memeliharanya dari uap (panas) Jahannam. Ketahuilah bahwa amalan surga adalah kesulitan yang berada di jalan mendaki.” (Beliau ucapkan tiga kali), “Sebaliknya ketahuilah bahwa amalan neraka adalah kemudahan di emperan rumah. Orang yang bahagia adalah yang dipelihara dari fitnah. Tidak ada tegukan yang lebih aku sukai daripada tegukan kemarahan yang ditahan oleh seorang hamba. Tidaklah seorang hamba menahannya (yakni menahan kemarahan) karena Allah, kecuali Allah akan memenuhi hatinya dengan keimanan.” [HR Ahmad No. 2860]
Rajinlah Berpuasa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla melipatgandakan satu kebaikan anak Adam menjadi sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat kecuali puasa. Puasa adalah untukKu dan Akulah yang membalasnya. Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan pada hari kiamat. Dan bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada wewangian misik.” [HR Ahmad No 4036]
Mengucapkan Laa Ilaha Illallah Dengan Ikhlas
Telah menceritakan kepada kami Abdul ‘Aziz bin Abdullah berkata, telah menceritakan kepadaku Sulaiman dari ‘Amru bin Abu ‘Amru dari Sa’id Al Maqburi dari Abu Hurairah, bahwa dia berkata: ditanyakan (kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa’atmu pada hari kiamat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Aku telah menduga wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada orang yang mendahuluimu dalam menanyakan masalah ini, karena aku lihat betapa perhatian dirimu terhadap hadits. Orang yang paling berbahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya“. [HR Bukhari No 97]
Panjang Umur Disertai Taubat
Telah bercerita kepada kami Abu ‘Amir dan Abu Ahmad berkata; telah bercerita kepada kami Katsir bin Zaid telah bercerita kepadaku Al Harits bin Yazid berkata; Abu Ahmad dari Al Harits bin Abu Yazid berkata; saya telah mendengar Jabir bin Abdullah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian mengharap kematian karena kejadian pencabutan nyawa sangatlah mengerikan, dan termasuk kebahagiaan adalah penjangnya umur seorang hamba dan Allah selalu memberi karunia taubat padanya“. [HR Ahmad No. 14037]
Memiliki Tetangga Yang Baik
Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Termasuk kebahagiaan seseorang adalahtetangga yang baik, kendaraan yang menyenangkan dan tempat tinggal yang luas.” Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Habib dari Jamil dari Nafi’ bin Abdul Harits berkata; Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: lalu disebutkan sama. [HR Ahmad No. 14830]
Syukuri Kebahagiaan Anda
Karena kebahagiaan bagian dari nikmat, maka syukuri kebahagiaan itu agar bertambah.
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim: 7)
Mudah-mudahan kumpulan hadits cara bahagia ini bisa mengantarkan kita meraih kebahagiaan Dunia dan Akhirat. InsyaAllah...
Semoga Artikel ini Bermanfaat..Aamiin Ya Rabbal'alamiin..
 


||SALAM BLOGGER INDONESIA|| +++>Di sini Tempatnya Belajar & Berbagi ILMU<+++ Buat Sobat-Sobat Blogger semua,Teruslah Berkarya!!! Terima Kasih Buat Sahabat-Sahabat yang telah Mampir DiBlog Nadym::.Dan Jangan Lupa Tinggalkan Kesan & Pesan untuk Membangun Blog iNi.::
 

I-YES INDONESIA

Indonesian Youth Educate And Social

ALMAMATERKU

Universitas Muhammadiyah Riau