Bismillahirrahmannirahim,
CINTA
laksana air dalam kehidupan, nafas dalam jiwa, semangat dalam raga, lembut
dalam sutera. Ia bagaikan panas pada api, dingin pada salju, luas pada angkasa
dan, seperti kata Sapardi,
“kayu
kepada api yang menjadikannya abu”
••••
Disebabkan oleh cinta, Rasulallah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu
mengingat-ingat almarhumah Khadijah (radhiallahu ‘anha), isteri pertamanya,
hingga Aisyah (radhiallahu ‘anha), isteri ketiganya, cemburu.
Rasulullah
shallahu ‘alaihi wasallam menjawab,
[♥] [♥] “Demi Allah, tak seorang wanita pun lebih baik darinya. Ia beriman
saat semua orang kufur, ia membenarkanku saat manusia mendustaiku, ia
melindungiku saat manusia kejam menganiayaku, Allah menganugerahkan anak
kepadaku darinya.”
Dalam
riwayat lain diceritakan, Aisyah mengatakan,
“Tak
seorang pun dari isteri-isteri nabi yang aku cemburui lebih dalam ketimbang
Khadijah. Meskipun aku belum pernah melihatnya, namun Rasulullah seringkali
menyebutnya. Pernah suatu kali beliau menyembelih kambing lalu memotong-motong
dagingnya dan membagikannya kepada sahabat-sahabat karib Khadijah.”
Jika
hal tersebut disampaikan Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menanggapinya dengan berkata,
[♥] [♥] “Wahai Aisyah, begitulah kenyataannya. Sesungguhnya darinyalah aku memperoleh
anak”.
═════════════════════════════════════
Dalam
tulisan yang singkat ini, saya ingin membahas tentang cinta yang sebenarnya.
Cinta yang telah mengantarkan janin pada kedewasaan, air pada pusaran gelombang
dan jalinan rindu pada bait-bait syair kehidupan. Cinta, sebuah kata yang hanya
terdiri dari lima huruf. Tetapi, kandungannya telah mengubah sejarah peradaban
manusia.
═════════════════════════════════════
Syeikh
‘Aidh al-Qorni mengatakan kita harus memilah cinta pada dua takaran: CINTA
ILAHIYAH DAN CINTA DUNIAWIYAH. Cinta ilahiyah adalah cinta yang abadi. Cinta
seorang hamba pada Allah untuk mengikuti seluruh aturan hidup yang diberikan
lewat nabi-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bagaimana mungkin
manusia tak mencintai Tuhannya, sementara seluruh kenikmatan ini adalah
pemberian-Nya: Ketentuan Allah adalah adil, syariat-Nya rahmat, ciptaan-Nya
menawan, fadhilah-Nya luas melebihi keluasan samudera.
[♥] [♥] “Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis)
kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat
Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (Al-Kahfi: 109)
✔ CINTA ILAHIYAH adalah
apa yang ditunjukkan Bilal bin Rabah, ketika ia berkata, “Ahad … ahad … ahad”
di tengah himpitan batu panas yang menindihnya.
✔ Adalah Umair bin Himam
yang berlari menyambut seruan perang padahal sedang asyik menikmati makanan,
seraya berkata, “aku tak mau biji kurma ini menghalangiku masuk syurga.”
✔ Adalah Handzalah bin
Abu Amir, yang melepaskan pelukan isterinya di malam pengantin baru, seraya
menyambut seruan jihad pada perang Uhud dan menemui syahidnya. Ia dimandikan
para malaikat hingga membuat sahabat nabi yang lain bertanya-tanya.
“Mengapa
dimandikan malaikat?”
“Cari
tahulah pada keluarganya” kata Rasulallah shallallahu ‘alaihi wasallam yang
mulia.
Ya,
ia tak sempat mandi jinabah saat menyambut panggilan Tuhannya. Itulah sekelumit
contoh cinta Ilahiyah. Cinta yang meminta pengorbanan harta dan jiwa,
[♥] [♥] “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan
RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih
baik bagimu, jika kamu mengetahui. (As-Shaff: 10-11)
|||||||||||||||||
••••
Disebabkan oleh cinta, Ibn Abbas kehilangan kedua matanya. Tokoh yang dikenal
sebagai “al-Quran berjalan”, lautan ilmu dan tempat bertanya para sahabat Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam itu menangis setiap malam dalam tahajudnya karena
cintanya kepada Allah sampai matanya buta. Seseorang datang dan berusaha
memberikan simpati padanya, Ibn Abbas justru berkata:
||
Allah mengambil dari kedua mataku cahayanya
Maka,
pada hati dan pikiranku kedua cahaya itu tetap bersinar
(aku
berharap) hatiku terus tajam, akalku terus terasah
Dan
pada mulutku (kemampuan untuk memberi nasihat) seperti pedang yang terhunus
tajam lagi terkenal.
Untuk
itulah, seorang penyair Arab menulis:
Cinta
sesungguhnya adalah hanya kepada yang Maha Mencinta
Dialah
yang paling berhak untuk dicinta dan dirindu
Maka,
palingkanlah cintamu dari raja yang berkuasa
Dan
dari setiap yang engkau takut dari makhluk-Nya.
|||||||||||||||||
Selain
CINTA ILAHIYAH, manusia yang hidup di alam duniawi yang profan ini seharusnya
merasakan juga CINTA DUNIAWI. Ia adalah fitrah pada manusia. Yaitu mencinta
harta, anak dan isteri (atau suami) sebagai belahan jiwa. Tentu semua itu tak
boleh melebihi kecintaan seseorang pada Allah subhnahu wa ta’ala. Untuk itulah,
Allah subhnanu wa ta’ala mengingatkan,
[♥] [♥] “Katakanlah: “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu,
isteri-isterimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan
yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai
dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan keputusan NYA”. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang fasik.” (at-Taubah: 24)
||||||||||||||||
••••
Disebabkan oleh cinta, Nabi Nuh (alaihi salam) memanggil anaknya untuk
bergabung dalam bahtera yang segera berangkat, saat air makin meninggi, gemuruh
ombak dan gelombang lautan terus berkejaran mengisi seantero negeri yang akan
segera tenggelam. Tapi, segera Allah subhnahu wa ta’ala ingatkan,
[♥] [♥] “Hai Nuh, Sesungguhnya Dia bukanlah Termasuk keluargamu (yang
dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak
baik. sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak
mengetahui
(hakikat)nya. Sesungguhnya aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan
Termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.” (Hud 46)
|||||||||||||||||
Sebagai
agama fitrah, Islam memberi ruang pada cinta duniawi ini. Ketika sepasang anak
manusia tertarik satu dengan lainnya, Islam menganjurkan untuk segera
mendokumentasikannya dalam mahligai rumah tangga. Rasulallah shallallahu
‘alaihi wasallam berpesan,
[♥] [♥] “Wahai anak muda, barangsiapa di antara kalian sudah mampu
(menikah), hendaklah menikah.”
Ikat
cintamu. Abadikan pelana hatimu. Simpan permata jiwamu. Proklamasikan belahan
kasihmu di altar sajadah ijab-kabul yang disaksikan para malaikat, sambil
bersimpuh di hadapan orang tua dan kerabat
═════════════════════════════════════
Cintailah
pasanganmu seperlunya. Sebab, telaga cinta manusia pasti akan kering suatu saat
kelak. Ia tak mungkin abadi, bahkan jika kau dokumentasikan cintamu semewah Taj
Mahal sekalipun. Pernikahan telah menyingkap tabir rahasia pasanganmu. Bagi
suami, ternyata isteri yang engkau nikahi tidaklah semulia Khadijah yang rela
berkorban seluruh hartanya untuk dakwah suaminya. Tidak pula setaqwa Aisyah
yang menutup malam dengan tahajud dan siang dengan infak dan sedekah. Tidak
pula setabah Fatimah ketika Ali bin Abi Thalib, suaminya, membagikan persediaan
makanannya untuk fakir, miskin, janda dan tawanan perang hingga Allah turunkan
ayat sebagai pengabadian cinta mereka,
═════════════════════════════════════
[♥] [♥] “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan
Allah, Kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima
kasih.” (Al-Insan: 9)
||||||||||||||||||
••••
Disebabkan oleh cinta, sadarlah engkau bahwa isterimu hanyalah wanita pada
umumnya. Ia yang punya cita-cita dunia, ingin rumah, kendaraan, perhiasan dan
berbagai gadget terbaru untuknya. Pernikahan telah mengajarkanmu kewajiban
bersama. Isteri menjadi tanah, engkau langit yang menaunginya. Isteri ladang
tanaman, engkau pemagarnya. Kala ia tengah teracuni, engkau harus menjadi
penawar bisanya.
Maka,
ketika cinta telah terpatri di buku nikah, Rasulallah shallallahu ‘alaihi
wasallam menganjurkan umatnya untuk mendoakan sepasang kekasih itu,
[♥] [♥] “Semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu, keberkahan ke atasmu dan mempersatukan
keberduaanmu dalam kebaikan.”
Satu
dalam dua adalah ibadah; bercumbu ibadah, mencari rezeki ibadah, tersenyum
ibadah, bahkan saling meremas jemari pun ibadah.
[♥] [♥] “Meremas jari-jemari isteri menggugurkan dosa-dosa kecilmu!”
Malam
pengantin baru adalah malam yang ditunggu-tunggu. Sebagian menantikannya dengan
dada berdebar, sebagian lain dengan mabuk kepayang. Jantung berdetak tak
karuan, kaki berdiri lebih sering kesemutan, duduk tak diam, berjalan tak jelas
pula arahnya. Rasulallah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan,
[♥] [♥] “Takutlah kalian kepada Allah dalam hal wanita. Kalian mengambil
mereka dengan amanah dari Allah, dan menjadi halal dengannya karena nama
Allah.”
|||||||||||||||||
••••
Disebabkan oleh cinta, Rasulallah shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan
kepada pengantin baru hal-hal berikut ini:
1.
Shalatlah dua rakaat.
2.
Ambil gelas, tuangkan susu dan madu, teguk dan rengkuh isinya bersama.
3.
Letakkan niat dengan benar sebab setiap amal seorang muslim dihitung
berdasarkan niatnya. Dalam satu hadits diriwayatkan dari Abu Dzar bahwasanya
orang-rang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
[♥] [♥] “Wahai Rasulullah orang-orang kaya telah memborong pahala, di mana mereka shalat
sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka
menyedekahkan kelebihan harta mereka”.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
[♥] [♥] “Bukankah Allah telah menjadikan sesuatu yang dapat kalian sedekahkan?
Sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap
tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, menyuruh untuk berbuat
baik adalah sedekah, mencegah dari perbuatan mungkar adalah sedekah, bahkan di
dalam salah seorang di antara kamu sekalian itu bersetubuh dengan isterinya
juga termasuk sedekah.”
Para
sahabat bertanya:
[♥] [♥] “Wahai Rasulullah, apakah seseorang itu melampiaskan nafsunya juga
mendatangkan pahala?” Beliau menjawab: “Bagaimana pendapatmu seandainya ia
melampiaskan nafsunya pada yang haram, bukankah yang demikian itu mendatangkan
dosa? Demikian sebaliknya bila ia melampiaskan nafsunya pada yang halal maka ia
mendapatkan pahala”. (Riwayat Muslim)
1.
Meletakkan tangan di atas kening isteri seraya berdoa, “Allahumma Innii Asaluka
Min Khoiriha wa Khoiri Ma Jabaltaha Alaihi. Wa Audzu bika Min Syarri wa Syarri
Ma Jabaltaha Alaih”
“Ya
Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan dari apa yang
Engkau berikan kepadanya serta Aku berlindung kepada-Mu dari pada keburukannya
dan keburukan yang Engkau berikan kepadanya”.
2.
Berdoa agar terhindar dari syaitan. Tibalah saat yang dinanti itu, ketika madu
berkasih, ombak jiwa berdebar, angin bertiup melewati daun jendela, perahu
pelaminan terguncang dan kasih tertunaikan. Rasulallah shallallahu ‘alaihi
wasallam ingatkan umatnya untuk sekali lagi berdoa.
[♥] [♥] “Sekiranya ada di antara kalian yang hendak menggauli isterinya,
hendaklah ia berdoa, (artinya), Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah jauhkanlah
syaitan, dan jauhkan syaitan dari apa yang Engkau rezekikan pada kami. Sebab sekiranya dari
hubungan itu diberikan anak, niscaya tidak akan dicelakakan syaitan
selama-lamanya.”
“Ya
Allah, sesungguhnya kami memohon kepadaMu cintaMu dan cinta orang-orang yang
mencintaiMu, dan kami memohon kepadaMu amal perbuatan yang dapat mengantar kami
pada CintaMu ... aamiin ya Robbal alamin . (HR Tirmidzi)
Wallahu
a’lam bis showab.
[sumber]
=====SEMOGA BERMANFAAT UNTUKKU & UNTUKMU=====
0 komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA :)
Monggo isi Komentar nya :