Senin, 02 September 2013

Untukmu Yang Berjiwa Hanif | Gerbang Hidayah (PART 2)


Bangun dari Kelalaian
اھدنَِاالصرِّاَطَالمُستقَیِمَ صرِاَطَالذَّیِنَأنَعمَتَعلَیَھمِْ ... begitulah seorang muslim meiafadzkan kalimat perkalimat dari dua ayat dalam surat al-Fatihah tersebut. Artinya, "Tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat...", ia membacanya pada setiap rakaat dalam penghambaan dirinya kepada Allah. Begitu pentingnya hidayah itu sehingga ia harus memohon minimal tujuh belas kali dalam satu hari satu malam. Karena ia tahu bahwa ia sangat membutuhkan hidayah sejumlah napas yang keluar-masuk tubuhnya. Dan sebagaimana tubuhnya membutuhkan makanan dan minuman, hatinya juga membutuhkan hidayah sebagai makanan dan minumannya.

Hidayah adalah nikmat yang di anugerahkan Allah kepada seorang hamba dari bilangan nikmat yang ada. Hidayah adalah sentuhan lembut Ilahi untuk mengantarkannya kepada pantai kebahagiaan...

Ia merupakan rengkuhan Ilahi agar tidak terjatuh ke dalam jurang kesalahan dan kesengsaraan...
Ia merupakan pengalihan kemauan seorang hamba yang penuh nafsu dan hawa kepada kehendak Dzat Yang Maha Kuasa, lalu Dia tidak membiarkannya sendirian dalam mencari kebenaran, akan tetapi tangan-Nya yang menuntunnya dan mengambil ubun-ubunnya kepada arah yang la ridhai...

Orang yang baru timbul kesadarannya dalam menerima Islam, seperti orang yang terbangun dari tidur panjangnya atau seperti prang yang sadar dari mabuknya.

Ibnul Qayyim berkata: "Kesadaran merupakan kunci pertama kebaikan, sesungguhnya orang yang lalai dalam mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Rabbnya dan lupa dengan bekal hari kepulangannya, seperti orang yang tidur bahkan ia lebih parah. Orang yang berakal pasti mengerti janji dan ancaman Allah , paham balasan dalam melaksanakan perintah dan larangan, serta paham hukum dan kewajibannya. Akan tetapi hilangnya kesadaran dan adanya kelalaian - telah menghalangi seorang untuk memahami hakikat dan membuatnya lemah dalam mengejar ketertinggalan. Itulah kelalaian yang selama ini membuat ia belum sadarkan diri dalam pingsan yang berkepanjangan, condang dan empati dengan dorongan syahwat, hingga kecenderungannya menguat dan ia terbenam dalam lumpur syahwat. Iapun dikuasai oleh tradisi dan pengaruh orang-orang yang tidak punya pekerjaan, telah meniru orang-orang yang menyia-nyiakan waktu. Dalam ketidaksadarannya bersama orang-orang yang pingsan dan dalam mabuknya bersama orangorang yang mabuk. Ketika mata hatinya telah terbuka, dengan satu pekikan dari suara kebenaran, iapun sadar dan barulah terasa baginya seruan Allah. Jika demikian yang terjadi pada seorang hamba, maka hal itu pertanda baik...berarti jejak-jejak kasih sayang Allah sudah mulai tampak di halaman kalbunya, awan mahabbah dan kabut cinta Allah sedang datang berarak-arak menuju langit hatinya. Bersegeralah ia mengambil tempayan untuk menampung hujan hidayah, jangan biarkan ia berlalu dan meninggalkannya dalam kesendirian menyebabkan ia harus menunggu dan menunggu pada sebuah penantian yang tidak berkesudahan...

***SEMOGA BERMANFAAT***


Sumber : Buku Untukmu Yang Berjiwa Hanif
Penulis  : Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah



0 komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA :)
Monggo isi Komentar nya :

||SALAM BLOGGER INDONESIA|| +++>Di sini Tempatnya Belajar & Berbagi ILMU<+++ Buat Sobat-Sobat Blogger semua,Teruslah Berkarya!!! Terima Kasih Buat Sahabat-Sahabat yang telah Mampir DiBlog Nadym::.Dan Jangan Lupa Tinggalkan Kesan & Pesan untuk Membangun Blog iNi.::
 

I-YES INDONESIA

Indonesian Youth Educate And Social

ALMAMATERKU

Universitas Muhammadiyah Riau