Selasa, 02 Juli 2013

MANAJEMEN ISLAMI




Meski semua ekonom mengenal Adam Smith dam buku Wealth of Nations, namun hanya sebagian kecil diantara mereka yang membacanya dengan teliti. dalam buku itu, Adam Smith mengutip laporan perjalanan Doctor Pocock yang menjelaskan rahasia kesuksesan para pedagang Arab. keberhasilan mereka, menurut Adam Smith, terletak pada keramahan dan kemurahannya. dia menulis "ketika mereka memasuki sebuah kota, mereka mengundang orang-orang di jalan, baik kaya maupun miskin, untuk makan bersama dengan duduk bersila. mereka memulai makan dengan mengucapkan bismillah dan mengakhirinya dengan ucapan hamdalah" (Adam Smith, Wealth of Nations).

Ratusan tahun kemudian, umat Islam seakan meninggalkan konsep manajemen yang telah membuat dunia terkesima. syukurlah, belakangan ini sejumlah para pelaku ekonomi menggali kembali khazanah keilmuan ini. salah satunya adalah Abu Sin dalam bukunya Al-Idarah fi al Islam. Abu Sin mengkritik aliran-aliran manajemen konvensional mulai dari aliran scientific manajemen, aliran bureaucratic, aliran human relations, aliran behavioral, dan aliran pendekatan sistem.

Menurut Abu Sin, scientific manajement hanya menekankan pada pentingnya efisiensi dan kompensasi ekonomis sebagai insentif utama para pekerja, padahal efisiensi menjadi kontraproduktif bila pekerja diperlakukan seperti robot dan berapapun besarnya kompensansi ekonomis akan terasa kurang bila kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi. bahkan aliran scientific manajement menimbulkan pertentangan yang tidak ada habisnya antara pekerja rendahan dengan manajemen atas. dalam rumusan Abu Sin, ada empat hal yang harus terpenuhi untuk dapat dikategorikan Manajemen Islami :

Pertama, manajemen islami harus didasari nilai-nilai dan akhlak islami. etika bisnis islami yang ditawarkan adalah Salafy dan Salam berlaku universal tanpa mengenal ras dan agama. boleh saja berbisnis dengan label islam dengan segala atributnya. namun bila nilai-nilai dan akhlak berbisnis ditinggalkan, cepat atau lambat bisnisnya akan hancur.

Kedua, kompensasi ekonomi dan penekanan terpenuhinya kebutuhan dasar pekerja. cukuplah menjadi suatu kezaliman bila perusahaan memanipulasi semangat jihad seorang pekerja dengan menahan haknya, kemudian menghiburnya dengan pahala yang besar bahkan kata-kata yang manis tapi menyesatkan. urusan pahala, Allah yang mengatur. urusan kompensasi ekonomis, kewajiban perusahaan harus membayarnya.

Ketiga, faktor kemanusian dan spiritual sama pentingnya dengan kompensansi ekonomis. pekerja diperlakukan lebih terhormat dan diikutsertakan dalam pengambilan keputusan. tingkat partisipatif pekerja tergantung pada intelektual dan kematangan psikologisnya. bila hak-hak ekonomisnya tidak ditahan, pekerja dengan semangat jihad akan mau dan mampu melaksanakan tugasnya jauh melebihi kewajibannya.

Keempat, sistem dan struktur organisasi sama pentingnya. kedekatan atasan dan bawahan dalam ukhuwah islamiyah, tidak berarti menghilangkan otoritas formal dan ketaatan pada atasan selama tidak bersangkut dosa.

Semoga Bermanfaat :)










0 komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA :)
Monggo isi Komentar nya :

||SALAM BLOGGER INDONESIA|| +++>Di sini Tempatnya Belajar & Berbagi ILMU<+++ Buat Sobat-Sobat Blogger semua,Teruslah Berkarya!!! Terima Kasih Buat Sahabat-Sahabat yang telah Mampir DiBlog Nadym::.Dan Jangan Lupa Tinggalkan Kesan & Pesan untuk Membangun Blog iNi.::
 

I-YES INDONESIA

Indonesian Youth Educate And Social

ALMAMATERKU

Universitas Muhammadiyah Riau